Sebuah video viral di media sosial mengungkap pengalaman penerbangankelas satu yang "mengerikan" dialami seorang penumpang maskapai Air India.

Penumpang itu menemukan benda-benda yang rusak, noda dan kotoran di sekitar kursi pesawat, serta sistem hiburan dalam pesawat yang tak berfungsi.

Kabin pesawat kelas satu itu jauh dari kesan mewah. Padahal, untuk bisa naik pesawat first class tersebut, penumpang itu mesti membayar US$6.300 atau sekitar Rp95 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patel menggambarkannya sebagai kabin kelas satu terburuk yang pernah dia masuki, dengan memperlihatkan klip-klip kotoran dan rambut di dalam kompartemen soket colokan yang menjijikkan.

"Ada banyak barang di setiap kompartemen; semuanya robek, rusak, atau berjamur. Saya mengerti keausan barang-barang biasa terjadi, tetapi ini sudah tingkat berikutnya," kata Patel dalam video tersebut, seperti dilansir Independent.

Dia juga mengambil klip-klip close-up noda dan robekan pada perabotan kabin, dan menambahkan bahwa semuanya rusak. Bahkan, dia menyebut selotip telah digunakan untuk mengamankan barang-barang di tempat kabin kelas satu itu.

@mondayswithmohan By far the worst airline I've ever ever flown in my life. #airindia #india #chicago #flights ♬ original sound - Mondayswithmohan

Patel juga ditawari headphone untuk kursinya, tetapi setelah dibuka, dia mengklaim headphone itu berjamur dan kabelnya sudah berurai. Dia mengklaim tidak ada wifi di dalam kabin dan sistem hiburan dalam pesawatnya tidak berfungsi, meskipun pramugari datang kembali empat atau lima kali untuk mencoba dan menyalakannya kembali.

Patel mengatakan dia "berusaha keras" selama 15 jam penerbangan tanpa akses internet atau hiburan. Penumpang tersebut juga menunjukkan cuplikan menu dalam pesawat, yang menurutnya awalnya tampak "sangat menjanjikan," tetapi kemudian mengetahui bahwa 30 persen makanan tidak tersedia.

Meskipun hanya ada empat penumpang di kelas utama, ia mengatakan bahwa kurangnya makanan berarti menu tersebut akhirnya diberikan kepada siapa yang datang pertama, dilayani pertama.

Kendati dia memiliki masalah dengan menu tersebut, Patel mengakui bahwa sup yang ia terima lezat dan merupakan satu-satunya hal yang baik dalam penerbangan tersebut. Menurut dia, piyama dan perawatan kulit yang disediakan maskapai cukup baik.

Setelah mengunggah cuplikan penerbangan kelas utamanya dengan Air India, video tersebut menjadi viral di media sosial, mengumpulkan jutaan penayangan di berbagai platform.

Patel kemudian menambahkan bahwa setelah video tersebut mendapat perhatian daring, Air India memberinya pengembalian uang penuh untuk kursi kelas satunya.

"Saya tidak mengajukan keluhan apa pun kepada Air India tetapi melalui media sosial mereka melihat video ini. Mereka menelepon saya hari ini dan mengembalikan seluruh biaya penerbangan saya, mereka memperbaikinya dan itu perlu dicatat," tulisnya.

Video viral Patel diunggah pada hari yang sama saat Air India mengumumkan akan memulai perbaikan senilai US$400 juta untuk 67 pesawat lawas dalam armadanya.

• ·Pengangkatan Deddy Corbuzier di Tengah Efisiensi Anggaran, Istana: Gaji Stafsus Bukan Masalah Besar!
• ·Habib Rizieq Minta Jokowi Tegakan Hukum Al Quran
• ·Meski Survei Kecil, Kaesang dan PSI Tetap Usung Andra
• ·Sandi Berharap Jabatan Menparekraf Dipegang Perempuan Lagi
• ·5 Jurus Jitu Pilih AC Hemat Listrik, Tagihan Aman Terkendali
• ·Data Ekonomi Jadi Sorotan, Yen Jepang Ditekan Dolar AS
• ·Berapa Lama Nasi Bisa Disimpan di Kulkas dan Freezer?
• ·Daftar 5 Tempat Wisata di Sekitar IKN: Gua Tapak Raja hingga Mangrove
• ·20 Maskapai Budget Paling Aman di Dunia untuk 2024, Tak Ada dari RI
• ·Pencabutan Izin Usaha oleh OJK Dibatalkan PTUN, PT Asuransi Jiwa Kresna Beroperasi Lagi
• ·Catat, 5 Manfaat Nanas yang Bikin Gairah Bercinta Meningkat
• ·5 Ciri Ginjal Bermasalah yang Sering Disepelekan
• ·Treatment Berbasis Laser Diprediksi Bakal Tren di Indonesia di 2024
• ·Jangan Coba
• ·Roy Suryo: Server Data KPU ada di Luar Negeri, Tapi Anggarannya Fantastis cuma untuk Sewa Hosting
• ·Bahlil Diduga Minta Fee Rp25 Miliar, Pakar Hukum: KPK Jangan Tunggu Laporan